Selasa, 07 Agustus 2012
Saat SARA pun Dijadikan Alat Politik (Menanggapi Ceramah Rhoma Irama)
Baru-baru ini Media-Media di Indonesia lagi marak-maraknya memberitakan soal Ceramah Rhoma Irama di sebuah Masjid di Kota Jakarta.
Isi ceramah yang bernuansa Politis itu yang akhirnya berbuntut panjang.
Bukan hanya isi Ceramah saja yang sarat akan ISU SARA. Melainkan juga Fanatisme keagamaan yang sangat "DANGKAL" yang ditunjukkan Rhoma.
Saya rasa Haji Rhoma Irama, sebagai salah satu pemuka agama di Indonesia pasti tahu bahwa Isu SARA itu adalah hal yang paling "SENSITIF" di Indonesia. Sudah banyak kasus yang terjadi karena Isu ini. Contohnya, Kasus Ambon dan Poso.
"Anda boleh menganggap agama anda benar, tapi tidak bisa menyebut agama lain itu "KAFIR".
Orang Kafir berarti orang yang menyembunyikan atau mengingkari kebenaran. (Wikipedia).
Walaupun di pemberitaan Haji Rhoma menyatakan bahwa dia tidak berkampanye melainkan berdakwah, tetapi dari kata-katanya yang mengajak warga Jakarta untuk memilih CAGUB yang "seiman" itu sudah menunjukkan bahwa Rhoma Irama membawa unsur SARA dalam Dakwahnya.
Dan tidak dapat dibenarkan dalam perundang-undangan (Pasal 116 Ayat 2 tentang Penghinaan terhadap Calon Gubernur dengan Isu SARA).
Walaupun belum terbukti bersalah, seharusnya hal-hal yang berbau SARA seperti ini lebih baik dihindari. Haji Rhoma Irama selaku Tokoh Masyrakat dan Pemuka Agama seharusnya memberikan contoh yang baik. Bagaimana membuat salah satu Agama maupun golongan agar tidak tersinggung.
Karena Indonesia bukan berdiri karena perjuangan satu Agama atau Suku saja, melainkan karena perjuangan semua masyarakat Indonesia yang berBhineka Tunggal Ika ini.
Mari kita ciptakan suasana Politik yang damai, yang jauh dari unsur SARA.
Karena pembangunan itu bukan karena Agama sang pemimpin, melainkan buah pemikiran cerdas dari sang pemimpin tersebut.
Pilihlah Pemimpin yang terbaik menurut Anda karena prestasinya bukan karena Agamanya.
Politik itu harusnya jauh dari unsur "SARA".
Salam Damai selalu :)